About Me

Foto saya
Bantaeng, Sul-sel, Indonesia
Yg jeLas Baikkk deCh...

Duo Penakluk Hantu

Di sebuah perkampungan nelayan terjalinlah sebuah persahabatan yang indah antara Kabul dan Yudi. Meski kampung mereka jauh dari pusat perbelanjaan dan tempat hiburan tapi hari-hari selalu mereka lalui dengan bahagia. Keduanya sering terlihat bermain kapal-kapalan bersama atau kadang mencari ikan menyusuri pantai menggunakan perahu kecil. Biasanya mereka berangkat selepas Dzuhur dan pulang menjelang Ashar. Yudi pun kerap membantu temannya itu saat mendapat tugas dari bapak Kabul mengecat perahu. Sungguh pertemanan yang indah. Bila datang waktu sholat Maghrib Yudi menjemput Kabul yang rumahnya terletak di pinggir jalan menuju Surau. Di surau itu mereka melaksanakan sholat Mahgrib berjamaah diteruskan dengan tadarus bersama.             Sepulang dari surau mereka terlibat dalam sebuah obrolan tentang kabar yang sedang ramai dibicarakan oleh orang-orang di kampung yang mengeluh karena akhir-akhir ini hasil tangkapan para nelayan menurun drastis. “Bul…tau nggak katanya sekarang bapak-bapak dikampung kita ketakutan melaut” Ujar Yudi mengawali obrolan. “Memangnya mengapa Yud?” Kabul terlihat serius menanggapi cerita sahabatnya. Entah benar apa tidak tapi menurut warga kampung semua itu dikarenakan ada hantu yang sedang mengamuk di laut. Ada pula yang menambahkan bahwa marahnya penunggu laut karena tak pernah diberi sesaji. “Hiii ngeri”.             Benar memang, tangkapan yang berhasil didapat oleh para nelayan hanyalah sedikit itupun kecil-kecil sehingga bila dijual tak laku seberapa. Ikan tuna dan Tongkol yang biasanya mudah didapat kini tak ditemukan lagi. Paling yang tersangkut dijaring para nelayan hanyalah sampah plastik ataupun cangkang kerang yang telah keropos dan tak dihuni lagi. ”Apa yang harus kita lakukan? Kalo begini terus bisa-bisa kita merugi” Gerutu seorang nelayan sembari membenahi jaring yang terkoyak setelah kena karang di dasar lautan. Yudi yang saat itu melintas mencoba bertanya pada nelayan tadi apa memang ada hantu laut “Ini akibat hantu laut ya pak?” Bukannya menjawab pertanyaan si bocah nelayan itu malah membentak Yudi “Pulang saja kamu, keadaan lagi gawat jangan main di pantai dulu”. Yudi berlalu dengan seribu pertanyaan di dadanya.             Rapat para tetua kampung menghasilkan sebuah kesepakatan bahwa yang harus dilakukan untuk membuang sial yang dialami para nelayan adalah melakukan ruwatan dengan cara memberikan sesaji kepada hantu laut. “Kita tak bisa tinggal diam, jalan satu-satunya adalah memberikan sesaji kepada penunggu laut ini” Bicaranya meyakinkan sehingga para nelayan pun manggut-manggut sembari mengiyakan “Setujuuuu”. Ada semacam kekuatan yang didapat oleh para nelayan bahwa kesulitan yang mereka hadapi akan segera berakhir. Selama ini masyarakat yakin bahwa saat malam datang hantu laut itu marah dan membanting batu karang di dasar lautan hingga menimbulkan bunyi keras “Gedebumm” “Tu kan benar hantunya marah lagi” Seorang penjaga malam nampak ketakutan di pos ronda dan tak berani memandang kearah laut.             Suara itu terus saja terdengar setiap malam hingga tak ada nelayan yang berani melaut. Padahal ikan mudah didapat pada waktu malam hari. Sebagai gantinya nelayan melaut pada siang hari dengan alasan lebih aman meski hasilnya tak sebanyak yang didapat jika melaut pada malam hari. Semakin hari laut semakin tak bersahabat dengan nelayan, ikan kini susah didapat ini berarti kelangsungan hidup para nelayan terancam. Imbasnya anak-anak nelayan yang sekolah harus rela jalan kaki saat berangkat menuju tempat belajar mereka karena uang saku yang biasa mereka terima kini berkurang dan hanya cukup untuk jajan ala kadarnya.             Dipicu rasa penasaran Yudi dan Kabul mencoba untuk memecahkan misteri ini. Mereka terus bertanya apakah hantu laut memang ada? Apa benar hantu laut marah karena tak diberi sesaji dan masih banyak pertanyaan di batin mereka yang harus segera terjawab. Pertanyaan itu nampaknya tak hilang meski Yudi dan Kabul sudah berada di tengah-tengah teman sekolahnya. Saat pelajaran agama Yudi memberanikan diri untuk bertanya pada pak guru Mujib. “Pak apa benar kalau di laut itu ada hantunya” mendengar pertanyaan dari muridnya pak guru Mujib menjawab dengan rinci “Dalam Islam memang alam gaib itu ada dan penghuninya yakni Iblis dan Jin, sedangkan hantu itu termasuk dalam jenis Jin tapi yang berwatak jahat”. “Oo...” Yudi nampaknya sedikit mulai mendapat sinar terang tentang hantu tapi ia masih punya pertanyaan lagi “Lalu kalau memberikan sesaji untuk mereka bagaimana pak, agar hantu nggak marah lagi?” “Yud...memberi sesaji itu termasuk penghormatan atau penyembahan terhadap hantu dan itu dalam Islam tidak diperbolehkan karena termasuk dalam perbuatan syirik”. Lebih panjang pak guru Mujib memberikan penjelasan bahwa hasil tangkapan yang didapat oleh bapak Yudi dan warga di kampungnya sama sekali tak ada hubungannya dengan kemarahan hantu.  Sepanjang perjalanan pulang Yudi mengingat pelajaran agama tentang syirik tadi  bahwa menyembah kepada selain Allah adalah dosa besar. “Aku harus mengingatkan bapak-bapak dikampungku....eee..tapi apa mungkin mereka mau dengar penjelasan dari bocah seumurku ya?” Yudi berencana untuk mencegah pemberian sesaji pada hantu laut di kampungnya. Ia pun teringat pada Kabul “Nanti aku ajak Kabul saja”. Berdasar penjelasan dari pak guru Mujib, malam harinya Yudi meluncur menuju rumah Kabul. Kedua sahabat itu mencari cara agar warga kampung terbebas dari kesyirikan dan melakukan perbuatan yang cuma buang-buang duit. “Padahal kalau memberi sesaji itu harus pakai kerbau”  Benar juga apa yang dipikirkan dua sahabat itu sudah dapat dosa besar masih harus kehilangan uang lagi. Malam hari seperti yang sudah dijanjikan Yudi dan Kabul pergi ke pantai dan mengawasi keadaan sekitar. Tak ada nelayan yang melaut, sepi dan dingin. 2 jam pertama mereka tak mendapati tanda akan kemunculan hantu laut hingga keheningan malam pecah oleh suara dari arah laut “Gedebumm” Suara itu terdengar memekakkan telinga dan menimbulkan percikan air yang tinggi. Kabul segera meraih teropong mainan milik adiknya “Wah..lihat Yud di laut ada yang sedang melempar bom”. Teropong itu berpindah tangan dan Yudi pun terbelalak melihat kenyataan bahwa yang ada di laut bukan hantu melainkan pemburu ikan dengan menggunakan bom.  Melihat kenyataan itu Yudi dan kabul bergegas menghampiri pos ronda dan memukul kentongan sekeras mungkin. Suara kentongan membuat warga berduyun-duyun keluar rumah. Sampai di pos ronda Yudi menjelaskan apa yang telah dilihatnya bersama Kabul “Benar pak saya juga lihat kok” Kabul menguatkan keterangan Yudi. Akhirnya warga yang merasa tertipu menuju tempat yang dimaksud kedua bocah tadi dan berhasil menangkap penangkap ikan yang selama ini merusak biota laut dan menggunakan hantu laut sebagai kedok. Berkat keberanian dan pengetahuan dua sahabat ini akhirnya warga kampung terbebas dari syirik serta bisa nyaman lagi mencari nafkah melaut di malam hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOVE