About Me

Foto saya
Bantaeng, Sul-sel, Indonesia
Yg jeLas Baikkk deCh...

Batunya Merah

Hari ini aku berjalan dengan segengam batu yang ada ditanganku, siap untuk kulemparkan tepat ke muka merah yang selalu mempermainkan aku. Hari mulai berubah warna menjadi abu-abu kala aku berjalan menuju kerumah merah. Merah yang tak pernah punya aturan ketika bertemu dengan aku, merah yang selalu meledek aku ketika ada dihadapanku dan merah yang selalu mempermainkan sesuatu yang tak semua orang bisa menyentuhnya….hati. Bagaimana kejadiannya hingga sebuah batu berada ditanganku dan dengan hati yang semakin berubah warna menjadi merah siap untuk kulesakkan di muka merah…begini:  Waktu itu hujan turun ketika aku sedang bergelut dengan dunia ketoprak, dunia penuh tipu daya dihadapan para penonton. Tubuhku merasakan getaran yang sangat ketika angin yang berasal dari orang berjalan menerpa tengkuk ku. Tak biasanya, hembusan angin itu mampu untuk memaksaku melihat siapa gerangan yang menciptakannya.  Kutengok kekanan dan kekiri namun…aku tidak juga bisa menemukannya. Sekali lagi kulakukan hal tersebut namun tetap tak kulihat, kali ini kujinjitkan kakiku kudongakkan kepalaku dan kutajamkan mataku. Tetap…..tak satu pun yang kukira menciptakan angin yang tadi menerpaku dapat kulihat. Adegan selesai, aku bersama beberapa orang pemain menuju kamar ganti untuk segera bersalin dan berkumpul kembali diruang kebersamaan. Mendengarkan evaluasi dan…menunggu honor dibagikan. Sang “prabu” terlihat berkomat kamit dengan kumisnya yang tebal. Memberikan evaluasi-evaluasi yang menurutku hanya untuk menunjukkan kewibawaannya saja. Sang prabu membagikan honor kami dan……masing-masing pulang kerumah. Selesai….. ………………………………  Siang hari, ketika aku membantu ibuku mencuci pakaian, aku menerima sebuah pesan singkat dari HP yang kemarin kubeli. Sebuah tawaran untuk kembali kedunia tipu daya, dunia kebohongan hanya kali ini medianya bukan panggung tapi kamera. Ditengah kegalauan jiwaku tentang materi aku pun mengiyakan ajakan tersebut. Hingga akhirnya kutinggalkan ibuku mencuci sendirian. Aku pamit, aku pergi berjuang…untuk hidup….dengan….kebohongan. Awan tak terlihat abu-abu, kali ini ia cerah secerah harapanku atas sebuah materi yang terbayang dalam pikiranku akan kuterima. Aku berjalan dan segera bertemu dengan wakil komandan sebuah “peperangan” tersebut, peperangan dengan senjata yang takkan saling menyakiti, kebohongan dan olah muka. Beberapa adegan mampu kuselesaikan dengan baik. Beberapa kali mereka harus gigit jari karena mengharapkan aku terjatuh tapi tidak kunjung terjadi. Hingga akhirnya mereka lelah dan menyuruhku untuk istirahat sebentar. Kini giliran pemain kebohongan yang lain yang akan masuk kemedan pertempuran. Aku memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengisi kembali energiku dan menganti bungkus badanku yang sudah mulai basah oleh peluh keringat. Kubaca tulisan demi tulisan dalam sebuah buku yang mengatur adegan di medan pertempuran tersebut. Aku coba untuk konsentrasi agar apa yang mereka harapkan agar aku terjatuh tidak terjadi, caranya? Yah. Imajinasi, menghafal dan mengatur adegan. Kala itulah kembali aku dikejutkan lagi dengan terpaan angin yang menyerang tengkukku. Kali ini lebih dasyat terasa walau aku tahu persis sama seperti yang tempo dulu kurasakan. Kupejamkan mataku untuk bersiap mencari siapa pencipta angin tersebut, kutarik nafas dalam-dalam hingga…..kutengok kekiri dan…..aku menemukan, aku menemukan siapa pencipta angin tersebut. Aku tersenyum puas, aku tersenyum menang untuk diriku sendiri.  Kuulurkan tanganku untuk berjabat tangan….halus, dan membuat bagian terdalam dari diriku tersentuh…hatiku…yang selama ini telah berubah menjadi tuli dan terus tergambar siapa pelakunya berubah melunak dan mendengar dan….lebih dasyatnya lagi gambar tersebut perlahan namun pasti, sekali lagi perlahan namun pasti menghilang dan….oh, celakanya atau harus kusyukuri terganti oleh pelaku yang baru, pencipta angin tersebut. Aku ya aku, aku si empunya hati yang tuli dan kau merah si pencipta angin tersebut. ……………………… Beberapa hari aku harus istirahat dalam rumahku untuk menunggu giliran kembali kemedan pertempuran tersebut. Beberapa hari itu pulalah merah selalu menggangu otak dan hatiku. Kenapa? Aku coba, aku coba hilangkan rasa itu, tidak mungkin dalam sekejap saja pelaku yang telah membuat tuli hatiku terganti dan terasing tak berbekas hilang oleh karena si merah, tidak….tidak….akkhhhh!!! Tak kuasa kubendung lagi, tidak. Kali ini ia masuk atas ijinku untuk menorehkan gambar mukanya di hatiku. Namun….mungkinkah aku juga telah menorehkan hal yang sama, mengingat….. Ia adalah merah yang telah lahir dari merah terdahulu yang begitu bersinar terang bahkan sangat terang bagiku. Si merah yang hampir seluruh bumi tempatku berpijak mengenalnya kecuali mereka yang memang makan untuk hidup saja. Mungkinkah…. …………………………..  Lima hari tepat seperti yang telah disepakati oleh komandan “pertempuran” aku menyelesaikan misiku, dan aku menang. Aku menang atas medan tersebut dan menang atas materiku… Lima hari itu pulalah aku terus berhubungan dengan merah, ada harapan untuk ku, ada harapan untuk ku lebih mengenal merah yang telah membuat tengkukku terpanah angin. Kuhidupkan motorku, kupejamkan mataku dan….blasstt !!! Kini merah menjadi bagian dari hidupku. Ini adalah jawaban dari kecamuknya pikiranku atas mungkin dan tidak mungkin. Merah. Merah. Biru…. Kini hari-hariku terisi oleh si merah. Kini harapan-haraoan dan cita-cita serta perjuanganku kutumpahkan untuk dan dengan si merah. Merah pun demikian, merah pun mengiyakan dan menyatakan hal yang sama. Merah mengenalkan aku pada dunia dan harapan-harapan baru, merah mengangkatku terbang tinggi setinggi pepatah yang mengatakan kejarlah cita-citamu setinggi langit. Merah..aku cinta kamu. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan merah terus memerahkan kembali hatiku. Merah menusuk tajam pada hatiku dan kini jantungku untuk terus berdetak, berdetak lebih kencang lagi seolah aku harus semakin tinggi terbang.  Hitam….. Hitam kini hari didepanku. Percaya atau tidak hitam itu menghampar lebar tepat didepanku. Hati dan otakku kini seolah kembali tuli oleh sebuah bisikan tulus, bisikan “surga”, nuraniku. Rupanya ketinggian telah membuat hati ini mengantikan otak, dan hati serta harapan duniawi menjadi panglima untuk hidupku.  Yah, merah secara perlahan namun pasti telah samar tinggi dalam hatiku sampai aku tidak bisa lagi mengenali mana merah ku dan mana merah hatiku. Mengapa? Mengapa semua orang, semua benda, semua perilaku, semua logika tidak mau memberitahuku. Mereka semua diam membisu. Mereka semua memalingkan muka untukku. Aku ingin bertanya….Kemana si merah…kemana merah yang telah menciptakan hatiku tidak tuli lagi, kemana merahnya hatiku, kemana pendengaran hatiku, kemana pencipta gambar hatiku, kemana hatiku….kemana logikaku… Seiring berjalannya awan yang telah sekian lamanya jatuh untuk membasahi bumi tempatku berpijak, seiring itu pulalah hatiku menjadi semakin tuli, mataku buta untuk melihat logika. Ohh……Tuan yang maha besar, kemana, mengapa, kenapa dengan aku??!! Bencana kelaparan dengan tak sengaja aku ciptakan, bencana kecurigaan dengan tak sengaja aku hembuskan, bencana kemarahan dengan tak sengaja aku lontarkan, dan…..akkhhhh!!! aku hancur, aku tidak dapat lagi menemukan hatiku, hatiku pergi tidak lagi menjadi merah, tidak lagi dapat mendengar, tidak lagi menjadi pintar….kini bodoh sebodoh-bodohnya. Hingga sebuah pesan singkat kembali aku terima, sebuah petunjuk atas merah. Aku berlari menyambutnya, aku siapkan diriku untuk memaksanya menjadi merah, aku siapkan senjata pamungkasku untuk memerahkan hatiku kembali untuk merah. Hingga……. …………………………. Kini : Aku berjalan menyusuri tepian kerikil tajam dengan alas kaki yang sekedarnya, aku berjalan dengan batu ditanganku yang kugenggam erat,mencari merah.  Dimana? Disitu..!! Dimana?? Disana..!! Dimana?? Ini..!! Mana?? Itu..!! Lari..!! tunggu!!! Mana?? Diatas..!! Atas mana?? Kepalamu..!! dan…buughhh!!! Merah keluar dari dalam rambut kepalaku, merah diam membisu, sakit…perih…pusing…gelap…kemana kau pergi…..merah ??!! Merah menjawab:……..aku disini….merah…!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOVE