About Me

Foto saya
Bantaeng, Sul-sel, Indonesia
Yg jeLas Baikkk deCh...

Pohon Pinang Terakhir

Langkah tegap dulu, kini tak ada lagi. Tertatih-tatih dan dibantu tongkat, kaki gemetaran milik lelaki berambut putih itu melangkah satu-satu. Gerimis senja tak menghalanginya. Sorak-sorak anak-anak di kampungnya seakan memangil-manggil di telinganya yang telah mulai menuli.Sorakan itu seakan jeritan teman seperjuangannya yang butuh bantuan karena disiksa serdadu Belanda. Semakin kencang suara itu, kian cepat tongkatnya bergerak. Dan gemetaran di kakinya pun bertambah getarannya.Lima puluh meter lagi, matanya yang rabun dan telah dua kali dioperasi katarak samar-samar melihat sebuah pohon pinang terpancang. Hadiah bergelantungan di atasnya.Penglihatannya, di sana ada fotonya bertelanjang dada dengan peluh mengucur di keningnya. Lalu, senapan kebanggaannya diacungkan ke atas. Dia yakin sekali, itu fotonya.Tetapi ketika matanya dikucek dengan tangan kirinya yang telah buntung hingga ke pergelangan, foto itu berubah dengan wajah lelaki muda. Tampak rapi mengenakan jas dengan nomor urut di bawahnya.Dari jeritan anak-anak diketahuinya, foto itu adalah calon pemimpin yang ikut pilkada. Tak yakin, sekali lagi, dia mengucek matanya, lalu kacamatanya dipasang dari sakunya yang telah berbulu.Kini bahkan berganti seorang tokoh masyarakat yang dulu zaman perjuangan sering membantu dan memberi informasi kepada tentara Belanda, namun di zaman kemerdekaan justru sempat dua kali menjadi anggota dewan kehormatan.Hatinya masgul, kok kini fotonya malah tak ada lagi. Dan memang, seminggu lalu, panti jompo yang ditempatinya didatangi ketua panitian peringatan HUT kemerdekaan yang membawa list. Para penghuni termasuk dirinya memang tak membuat panitia tersenyum.Karena memang tak ada lagi yang bisa diberikan. Penjelasan yang disampaikan pun tak bisa ditangkap dengan jelas. Mereka hanya mengangguk-angguk. Hanya pengurus panti yang ikut tersenyum melihat Roman terkantuk-kantuk menghadapi sang panitia.Rona wajahnya terlihat bersih, sama dengan wajah panitia yang membawa map berisi daftar list.Bedanya, beberapa menit kemudian, rona wajah Roman yang kiniberumur 70 tahun tetap putih dan berkeriput karena tua, sementara panitia wajahnya sedikit memerah karena tak puas tugasnya tak berhasil menggelitik penghuni panti untuk menyumbang.Padahal, dari banyak pihak lainnya, dana yang terkumpul untuk penyelenggaraan HUT Kemerdekaan di kampungnya jauh dari cukup. Bahkan berlebih.Jangankan untuk sekali peringatan. Sampai lima kali lagi peringatan dengan mengundang organ tunggal pun cukup. Apalagi, beberapa calon gubernur memnberikan respon baik terhadap proposal yang dibuat. Termasuk calon anggota dewan yang mencoba mencari simpati. Alhasil memang panjat pinang di kampung itu sangat meriah.Anak-anak ramai bersorak setelah selesai lomba lari kelerng dan makan kerupuk. Mereka menyemangati jagoannya yang mencoba menaklukan pohon pinang yang dilumuri minyak gemuk.Ada yang sudah mencapai separoh dengan menginjak bahu kelompoknya. Tetapi kemudian terperosok dan melorot lagi kebawah. Bahkan ada yang sampai robek celananya.Roman makin mendekat. Dan dia ingat bahwa di dekat pohon pinang yang dijadikan objek lomba itu, dulu ada pohon besar. Dia sempat menghabisi lima orang tentara Belanda. Dan dia menyelematkan dua orang rekannya yang nyaris tertembak.Oleh komandanya kemudian, dia sanjung-sanjung. Meski dalam persitiwa itu, dia harus merelakan pergelangan tangannya putus ditebas sangkur musuh.Teriakannya ketika itu membahana ketika musuh terjungkal dan rekannya selamat. Pas, di tempat yang ditegaki pohon pinang itu, kemudian dia angkat teman-nya karena menjadi pahlawan.50 tahun kemudian, dia tak dikenali lagi., Apalagi, dia takpernah menyumbang dan mengisi list yang diedarkan panitia. Mereka yang menyumbang lebih besar jauh lebih dihargai panitia dibanding Roman.Para penyumbang itu saat pembukaan oleh Ketua RT duduk di barisan paling depan. Dan mendapat bagian kudapan lebih dahulu. Sementara Roman yang dulu ikut berjuang, tak dikenal.Satupun tak ada warga yang menyapa lelaki yang berkain dan kakinya gemetaran melihat pohon pinang terus digoyang puluhan warga yang merebut kesempatan menjadi pemenang.Calon kepala daerah dan calon anggota dewan pun berkeliling melihat warga bergembira atas sumbangannya. Dan mereka bisa berharap, warga tak lupa dengan wajahnya saat di dalam bilik suara.Sementara, dalam langkah-langkahnya mengeliling lomba panjat pinang , mereka tak menegur Roman yang sesungguhnya pahlawan. Mereka tak tahu lagi, yang mestinya dihormati.Roman sendiri, semakin gemetar melihat pohon pinang sudah semakin tipis minyak gemuknya. Dan para pemanjat pun nyaris mencapai puncak.Semestinya, dia tak boleh berjalan terlalu jauh. Asam urat dan kencing manis yang menderanya ditambah stroke yang diperamnya dalam tubuh membuat dirinya sebenarnya memang sudah terpenjara. Hanya karena daya tarik sorak-sorai anak-anak dan pengurus panti yang libur, dia punya kesempatan keluar agak jauh.Tak lama kemudian, pinag itupun ditaklukkan. Hadiahnya berhasil direbut. Tiba-tiba pohon pinang itu roboh. Ujungnya persis jatuh di atas kening Roman yang tak sempat menyelamatkan diri. Kini dia terjepit diantara jeritan. Tubuhnya juga terinjak-injak. Lelaki itu kemudian disemayamkan di hari kemerdekaan. Jasanya tak dikenang, tetapi Tuhan pasti telah mencatatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOVE