About Me

Foto saya
Bantaeng, Sul-sel, Indonesia
Yg jeLas Baikkk deCh...

artikel

Sahabat itu bisa datang dari mana saja tanpa pernah kita kira. Orang yang sebelumnya tak punya arti apa-apa,ternyata juga bisa menjadi orang yang memberi inspirasi bagimu. Orang yang selalu ada untukmu disaat senang, maupun susah. Orang yang akan selalu mendorong dan memberimu semangat hidup.
Sahabat bisa kau temukan dimanapun. Yang perlu kau lakukan hanyalah membuka mata dan hati lebih lebar lagi. Lihatlah dunia yang ada disekitarmu. Maka kau akan menemukan semua yang telah kau anggap hilang…
***
Namanya Faizal. Dia adalah teman sekelasku. Pada awalnya, dia bukanlah seseorang istimewa bagiku. Namun, sikap dan sifatnya yang dewasa membuatku selalu nyaman bila bercerita padanya. Dia adalah orang pertama yang mendengar semua keluh kesahku tanpa terkecuali.Orang pertama yang selalu memberi dorongan dan motivasi berarti bagiku.
Aku masih ingat kata-katanya dulu. Saat aku sedang terlibat masalah dikelas saat SMP. Masalah yang sebenarnya tak ada hubungannya denganku. Namun, hanya karena aku adalah teman dekat dari pihak yang berselisih, aku jadi terlibat secara tak langsung di dalamnya.
***
"Ta, kalau kamu nggak pengen terlibat lagi, ambil sikap dong!"
Aku bingung sejenak."Ambil sikap gimana?"
"Ya tentuin pilihan. Kamu mau dukung siapa? Siapa yang menurut kamu bener, siapa yang salah," Faizal menatapku.
"Yang salah sih jelas Rara. Udah tau Rofik nggak suka masih aja ngejar-ngejar. Bahkan sampe ribut sama Prisna yang lagi deket sama Rofik."
"Lha itu kamu tau. Kamu juga mesti inget Ta, kalau kamu mau dukung Rofik dalam masalah ini, jangan terlalu dalam juga."
"Maksudnya gimana? aku nggak mudeng," aku bertambah bingung mendengar penjelasannya.
Faizal menghela nafas. "Rofik tuh suka sama kamu, Ta. Jadi, jangan bikin Rara tambah kesel kamu deket dan dukung Rofik. Ambil jalan dan keputusan yang sesuai sama kamu. Tapi jangan asal juga. Kamu juga mesti mikir, kedepannya apa yang bakal terjadi kalau kamu ambil keputusan itu."
Kata-katanya saat itu mendorongku maju. Aku jadi berpikir, semua yang kita lakukan memang pasti ada resikonya. Sejak saat itu, entah kenapa aku selalu memanggilnya dengan 'mas'. Entah kenapa.Mungkin saja karena aku terpengaruh oleh sosoknya yang memang seperti sorang kakak bagiku.
***
Pada acara ulang tahun SMAku, aku tak sengaja bertemu Rofik. Dia menyapaku duluan dan kami akhirnya larut dalam nostalgia masa SMP.
"Ta, makasih ya waktu dulu itu. Aku jadi bisa bebas dari Rara."
"Sama-sama.Kita kan temen. Lagipula, Rara juga sesekali harus dapet balasan dari sifatnya yang kurang bagus itu. Suka sama orang kok maksa," komentarku pendek.
"Ta, Izal pasti juga udah pernah bilang sama kamu kan? Soal yang aku suka sama kamu?"
Aku langsung tersedak coca cola yang sedang kuminum. setelah batuk-batuk sejenak, kutatap matanya. Dia sepertinya serius. Aku jadi pusing sendiri. Walau sudah tahu soal ini, namun aku tak pernah siap kalau Rofik mengungkapkannya secara langsung.
***
Seperti yang sudah kuduga. Faizal tertawa saat aku bercerita soal Rofik padanya lewat telepon. Aku langsung sewot. Bisa kubayangkan, diujung telepon sana dia pasti sedang tertawa sampai wajahnya merah.
"Sori Ta, aku cuma nggak ngira tuh anak ternyata akhirnya ngomong juga. Terus kamu jawab apa?"
"Belum aku jawab. Tapi pengennya langsung kutolak aja. Abis aku kan nggak pernah ada perasaan apa-apa sama dia."
"Kalau kamu emang nggak suka ya udah tolak. Lagipula, kalau kamu terima, mungkin kedepannya juga nggak baik. Tanpa rasa sayang, sebuah hubungan itu nggak akan harmonis. Karena nggak akan ada keselarasan dan rasa yang sama. Nanti yang ada malah kamu sama dia ribut terus. Ya kan? oya, kalo kamu nggak berani nolak, aku nggak keberatan kok gantiin kamu," nada suara Faizal terdengar hangat.
"Makasih mas.Tapi nanti biar aku yang ngomong sendiri. Kayak anak kecil banget, masa cuma mau nolak aja minta tolong orang...""Gitu dong! Jadi cewek dewasa dikit. Tinggalin sifat anak kecil kamu. Ntar malah nggak bisa mandiri kalo ngandalin orang lain terus. Yang jelas, kalau hidup tuh harus menghadap ke depan..."
***
Semua yang pernah dia katakan dan bagi denganku, adalah pelajaran bagiku. Sekarang, kami memang berbeda sekolah dan jarang berhubungan. Tapi bukan berarti sosok kakaknya akan menghilang dengan mudahnya.
Dia tetaplah sosok masku yang baik dan dewasa.Aku sendiri bisa menjadi seperti sekarang juga karena dia. Bisa bersikap lebih dewasa dan membuka mata pada dunia. Semua dia yang mengajarkannya padaku. Sampai saat ini, aku tak pernah bisa tahu, bagai mana membalas semuanya.Ya... membalas semua yang sudah diberikannya padaku.
Thanks Faizal...
End,,
Catatan Yunna:
Cerita diatas adalah sepenggal kisah yang kutulis untuk sahabat baikku. Orang yang samapi saat ini trus kupanggil dengan sebutan 'mas'. Karena memang sosoknya sudah seperti kakaku sendiri.
Penggalan-penggalan percakapan yang kutulis itu adalah sebagian dari banyak kata-kata motivasinya untukku. Hanya kutulis yang benar-benar tertanam erat dipikiranku.Sejak awal, ini memang kusiapkan untuk a tribute to someone. Jadi agak berbeda dari cerpen biasa. Namun, terima kasih bagi semua sahabat yang mau membacanya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOVE